Selasa, 05 Januari 2016

Cara Pandang

Standard

Sosial media saya malam ini sibuk diserbu broadcast mengenai "yang katanya" rekan kita mahasiswa, dulur kita sesama pengejar ijazah pendidikan tinggi itu didzolimi oleh pihak yang berkuasa. Semua kawan-kawan, dulur mahasiswa heboh, gempar. Semua satu mendukung. Satu terluka, semua menderita. Mungkin itu keyword super dan menyentuh bagi kita sesama mahasiswa.
Rekan, dulur kita di salah satu PTN ibu kota di depak dari kampus oleh pejabat berwenang dengan tuduhan yang tak biasa dan tak bisa dianggap angin lalu saja. Pasal dalam perundang-undangan sahut menyahut. Langgar pasal ITE, pasal pencemaran nama baik, pasal tindakan penghasutan dan sebagainya.
Semua rekan-rekan, dulur sesama mahasiswa se-Indonesia saling lempar berita, mengabarkan ada dulur kita yang tercampakkan oleh kekuasaan. Tanpa kroscek dengan bangganya kita bantu sebar berita yang belum kita konfirmasi sebelumnya. Belum kita telusuri kebenarannya.
Mungkin saat ini momen yang tepat untuk kita semua. Mahasiswa dituntut kritis tapi tetap harus realistis dan logis. Kita bisa bersuara lantang dengan pegangan alat dan atau data akurat sebagai bukti. Kita jangan termakan isu. Kalau sebatas mengikuti isu tanpa ada kejelasan, cukuplah pribadi sendiri yang konsumsi. Atau boleh sharing kepada dia yang bisa dipercaya. Jangan langsung di lempar ke publik.
Penguasa ini salah, begini, begitu, melanggar ini, melanggar itu harus dibuktikan dengan fakta, bukan sekedar isu yang kita racik dengan opini pribadi dan mungkin terkontaminasi bisikan-bisikan lawan dari sang penguasa yang ingin sang penguasa jatuh dengan cara kita, cara mahasiswa. Kita jangan sampai terhasut.
Dengan adanya kejadian ini, mungkin bisa jadi bahan introspeksi diri. Kata orang mahasiwa itu penyambung lidah rakyat. Tidak sepenuhnya saya setuju. Basic kita ialah kuliah. Untuk dapat di posisi sekarang, sebagai mahasiswa perjuangan kita tidak mudah. Menyelesaikan pendidikan 12 tahun mungkin lebih, mungkin kurang. Belum lagi perjuangan mendapatkan bangku kuliah, kita harus berjibaku melawan ribuan orang untuk dapat posisi kita sekarang ini. Perjuangan orang tua menyediakan dana pendidikan kita yang tak sedikit. Jerih payah keringatnya, doanya agar kita anaknya mendapat pendidikan yang tinggi tentu layak. Agar apa? Banyak harapan dalam doa mereka, harapan kita mengangkat derajat keluarga, harapan kehidupan kita yang baik, dan banyak harapan orang tua yang tersemat dalam status kita sebagai mahasiswa ini. Sudah saatnya mindset kita di reset. Kembali ke pengaturan pabrik. Bahwasanya kita memiliki tujuan dasar sebagai mahasiswa. Bukan kewajiban kita untuk demo sana sini, tuntut sana, tuntut sini. Biarlah semua berjalan semestinya. Kita fokus pada tujuan dasar kita, biarlah semua terangkum dengan semua rules nya. Penguasa eksekutif, ada legislatif yang mengawasi. Bidang hukum, biarlah yudikatif yang bertindak. Kita hidup di negeri merdeka, semua sudah berjalan sesuai koridor dan kaidahnya.
Penyambung lidah rakyat ada lembaga legislatif. Itu lembaga, bukan mahasiswa yang sebatas objek. Belum lagi ada profesional, aktifis-aktifis sebenarnya dan lembaga swadaya yang lebih berkompeten mengurus itu semua.
Masalah penguasa tidak usah sibuk oceh sana sini. Dari 2004 kita sudah demokrasi seutuhnya. Kita diberi kebebasan memilih penguasa. Ada salah sana sini, salah penguasa? Bukan! Itu salah kita semua. Salah kita sebagai golongan terpelajar yang tidak dapat banyak memasok bagian dari kita yang layak jadi penguasa. Beginilah jadinya. Kita diberi jalan tapi tak mampu memanfaatkan secara maksimal. Sekarang apa? Biarlah kita ikuti semua sampai selesai. Bukan kewajiban kita menyalahkan, tuntut sana sini.
Dan pada poinnya, semua peristiwa ini menjadi pembelajaran kita semua. Biarlah yang bersangkutan bertindak sesuai koridor untuk mengembalikan hak-nya. Kita sebagai sesama mahasiswa mendukung, baik moril dan juga doa. Kita jangan terpancing untuk ikut dalam hal yang belum jelas. Biarlah semuanya terselesaikan sebagaimana mestinya. Kita hanya berharap yang terbaik. Pengalaman biarlah tetap menjadi pembelajaran yang paling berharga.
Sekali lagi, jangan terpancing. Mahasiswa, biasakan realistis dan logis.
Hidup mahasiswa!

Sabtu, 05 Desember 2015

Ini Entrian Khusus Buat Cewek-Cewek

Standard


7 Alasan Kenapa Cowok yang Ga Romantis Bisa Jadi Pacar Idaman
Banyak cewek yang mimpiin cowok  romantis sebagai tambatan hati. Mereka merasa kalo cowok yang romantis otomatis selalu terbuka dan bisa ngebuatnya bahagia. Padahal sebenernya, cowok yang ga romantis juga patut jadi inceran kalian para cewek.
Apabila sekarang ini kekasih yang mendampingimu memiliki karakter ga romantis, jangan keburu menghujaninya dengan kritik pedas. Apalagi menuntutnya untuk berubah.
Ini Kru kasih 7 alasan cowok ga romantis bisa jadi pacar idaman, It’s the list, cekidot..
1. Mereka ga gampang mengungkapi isi hati, tapi bukan berarti mereka ga cinta
Cowok yang ga romantis cenderung cuek. Mereka ga kaya cowok romantis yang gampang banget ngungkapi apa yang ada di hati dan pikiran mereka. Cowok kek ini cenderung pendiam dan pemendam rasa. Meski begitu, kecuekan yang mereka punya bukan sepenuhnya tanda kalo mereka ga peduli. Mereka Cuma ga ngerti gimana cara untuk menunjukkannya.
2. Cowok ga romantis ga mudah nunjuki rasa cinta, tapi mereka punya cara yang ga keduga ngebuat kalian ngerasa spesial
Mereka ga akan tiap hari anter jemput kamu, ngingetin makan, ga lupa say morning dan have a nice dream setiap hari. Mereka bukan tipe cowok berkarakter manis yang selalu memiliki banyak perhatian untuk diberikan. Namun, kalo kamu perhatiin, sebenarnya mereka memiliki cara unik tersendiri untuk menunjukkan kalo kamu sangat berarti bagi mereka. Bahkan, terkadang banyak cara ga keduga yang akan mereka gunakan untuk ngebuatmu ngerasa spesial.
3. Mereka emang ga suka cari muka buat mendapatkan cinta, namun dengan begini kamu justru jadi tahu bahwa kamu jatuh cinta pada ia yang selalu tulus dan apa adanya.
Berbeda dengan cowok romantis yang suka gombal ngebuat hati kalian luluh, cowok dengan karakter cuek justru selalu apa adanya. Sikap sederhana dan apa adanya ini justru jadi poin plusnya. Mereka bukan penggombal ulung. Justru dengan ini kamu jadi ngerti kalo kamu telah menitipkan hati pada dia yang benar-benar tulus dan apa adanya.
4. Cowok ga romantis memiliki sifat yang dewasa
Wataknya yang memang jauh dari sifat romantis sebenarnya bisa ngebuat kamu bersyukur. Karena ini artinya dia juga memiliki karakter yang dewasa. Dia tentu memahami benar batasan serta norma yang ada. Dia  bukan pengumbar kemesraan, khususnya di depan umum. Justru dia bisa menempatkan diri dengan baik dan tahu kapan momen istimewa untuk menunjukkan perasaannya.
5. Mereka bukanlah seorang yang posesif
 Cowok ga romantis ga suka membatasi pasangannya. Sifat cemburu berlebihan serta posesif bukanlah sifatnya. Walau kamu adalah kekasihnya, dia ga bakal getol mengecek inbox hp, media sosialmu, maupun mencecarmu dengan pertanyaan setiap kali kamu pergi bersama kawan. Dia percaya serta membebaskan kepada siapa saja kamu menjalin pertemanan.
6. Mereka justru seorang yang bakal ngebuat kalian penasaran
Sadar atau tidak, sifat cuek dari dirinya ini merupakan daya tarik yang sebenarnya. Pelit kata-kata manis dan ga selalu bisa menyuarakan apa yang dia rasa justru bakal buat kamu penasaran. Bahkan, bisa dikatakan inilah bumbu yang membuatmu makin cinta serta ga pernah merasa bosan dengan hubungan kalian.
7. Sekali momen spesial yang dibuatnya bakalan sulit dilupain
Mungkin momen ketika ia mengungkapkan isi hatinya bisa dihitung dengan jari. Ga setiap hari, namun saat momen tertentu dia bakal usaha maksimum buat ngebuat kamu ngerasa spesial dengan caranya tersendiri. Entah sebagai orang yang pertama kali mengucapkan ulang tahun ataupun selalu ada untukmu ketika kamu jatuh sakit. Namun, justru dengan begini, kamu akan selalu terkenang dengan sikap manis yang pernah dia lakukan. Dijamin kamu ga bakal ngelupain momen yang dia buat terkhusu buat kamu. (FRN/@febbiramandha/lanangidiot.blogspot.com)

Senin, 12 Oktober 2015

Duduk Diam dan Mati atau Bangkit dan Melawan? Hahaha Ga Jelas!

Standard

Udah lama ga mosting. Dibilang sibuk ya sesibuk-sibuknya sampah ya gitu deh. Sebenernya di blog ini gue pengennya isinya santai, intinya sampah ga jelas yang ga bikin berat palak buat bacanya.
Tapi ada 1 topik yang kek-nya ga bisa buat gue diem. Lu semua udah tau kan, gue tinggal di ranah mie celor, kota bakal berlangsungnya Asian Games 2018 ntar. Kalian yang nonton di tv, liat di portal news online, sosmed, segala macem tentang apa yang lagi happening banget di kota gue pasti udah tau kan? Yaps, kabut asep.
Disini ada kalimat menarik dari kawan-kawan mahasiswa di kota gue ini. "Duduk diam dan mati menghirup asap atau bergerak dan melawan,". Menurut gue personal ini lucu. Data terakhir yang gue liat berdasarkan laporan Badan Lingkungan Hidup kota Palembang yang dimuat di salah satu koran lokal per 30 September lalu menunjukan angka ISPU udah 400an, di level sangat berbahaya. Gatau belakangan ini. Mungkin udah ribuan atau berapa kali lipat dari data itu. Soalnya baru beberapa menit lalu gue balik dari kampus, jalanan itu udah ketutup asep.
Poin gue disini, lucunya kawan-kawan mahasiswa dengan "gagahnya" bilang mati menghirup asap atau bangkit dan melawan. Dengan apa? Mereka bilang sih aksi damai turun ke jalan. Bahasa simpelnya apa? Demo kan? Mau demo siapa? Kalo demo pasti ada yang dituntut, ada yang disalahkan. Mereka mau nuntut siapa? Nyalahin siapa? Pemerintah? Gubernur? Presiden? Kalo menurut gue sih simpel banget. Buat apa demo? Dengan demo, asep bakal hilang? Engga kan? Itu yang kata gue orang yang ga ada kerjaan. Aktifis ga jelas. Sorry aja kasar bahasa gue. Tapi pandangan gue ya gitu. Emang dengan demo bakal padam api? Ya enggak. Demo cuma mau nyalahin orang. Gini loh, presiden dan pemerintah itu kerjanya ga cuma ngatesin asep. Ga cuma mademin api. Banyak tugas presiden yang ga kalah penting. Rupiah tergerus terus menerus, phk dimana-mana, tragedi ibadah haji kemaren, sampe yang terbaru kasus kekerasan terhadap anak yang sudah batas darurat. Bukan gue mau ngesampingin masalah asep ini. Kalian bilang sakit mata, pilek, radang tenggorokan, ampe sesak napas. Gue juga ngerasainya cuk. Mata gue pedih, hidung gue pilek, tenggorokan gue radang, napas juga rada susah. Ya terus gue musti demo, nuntut dan nyalahin pemerintah? Ya enggaklah. Jangan manja ah. Bukannya hampir tiap tahun kita ngerasain asep? Banyak korban ISPA berjatuhan? Ya takdir. Kalo pun sampe meninggal ya berarti ketentuan dia emang meninggal karena asep.
Sorry, ga maksud belain Pak Jokowi ataupun pak Alex. Jujur pemilu kemaren gue bukan salah satu pemilih mereka. Tapi ga berarti gue harus nyalahin mereka. Toh ini bukan salah pemerintah doang. Bukan masalah perusahaan yang bakar lahan. Tapi balik lagi ke kita. Ini kesalahan kita bersama. Mungkin sodara-sodara kita yang di daerah juga melakukan pembakaran lahan lama buat buka lahan baru. Mestinya mulai dari diri, keluarga, dan lingkungan kita buat mengingatkan biar ga usah bakar buat buka lahan baru. Belum lagi di rumah kita yang suka bakar sampah. Kenapa musti dibakar kalo ada tempat buangnya?
Intinya dengan demo, asep ga bakal hilang. Titik apa ga bakal padam sendirinya. Ini emang kesalahan kita yang bakar lahan, ditambah cuaca yang kemarau dan pergerakan angin yang mengarah ke kota kita. Pemerintah gue yakin udah maksimal buat ngatasin masalah ini. Mungkin beberapa titik api sudah padam, tapi ya faktor cuaca tadi, lahan yang udah padam eh kebakar lagi.
Kita tunggu aja, pemerintah pasti udah ada jalan keluarnya. Tinggal kita tunggu endingnya. Dengan demo ga bakalan ilang ini asep. Daripada demo, turun ke jalan, panas-panasan, ngehirup asep lebih banyak daripada di rumah, mending di rumah, nyantai. Kita tunggu pemerintah. Demo ga nyelesaiin masalah. Kalo kalian emang mau melawan asep ini ya mestinya kalian turun langsung ke lokasi lahan terbakar. Bahkan pak Gubernur janji in umroh buat siapapun yang berani padamin api di lokasi 2 jam aja (detik.com). Ga usah lama-lama. Itu lebih efektif dan itung-itung bantu pemerintah dan dapet hadiah umroh pula. Daripada demo ga jelas.
Gue sih mikir pake logika dan nalar doang. Ga asal ikut-ikutan orang. Apalagi sampe jadi aktifis ga jelas. Kita mikir rasional dan efisien aja. Kita mahasiswa, berpikir kritis tapi harus jelas. Sekali lagi poin gue, demo itu ga guna.

Udah sampe sini aja, keburu otak gue leler ini.
Oke, see next postingan

Selasa, 15 September 2015

When I was your man

Standard

Tunggu gue kelar kuliah dulu yah?
Setahun lagi kok ^_^
Setahun ke depan gue bakal jadi engineer mesin yang insya allah berkompeten. Engineer mesin yang insya allah berkemampuan handal. Tapi kelar gue kuliah elu bisa kan tunggu lagi? Kelar kuliah gue kerja di corporate besar. Tunggu gue ngumpulin lembaran dolar/rupiah yang bejibun dulu. Tunggu gue beli rumah dulu. Tunggu gue beli mobil dulu. Tunggu gue punya banyak deposito yah? Bisa kan nunggu gue? Gak akan lama kok. Tunggu gue mapan. Biar gue bisa bahagiain elu. Biar gue bisa ngeliat lu bangga di saban arisan ibu-ibu ntar, elu bakal dengan pede-nya ngebanggain gue. Tunggu gue mapan. Gue ga mau liat elu capek bolak-balik pindah dari satu rumah sewaan ke rumah sewaan lain. Gue ga mau liat elu capek.
Tunggu gue mapan dulu ya? Gue ga mau liat elu capek, panas-panasan, desak-desakan dalem angkot buat bolak balik berpergian. Gue ga mau liat elu capek.
Tunggu gue mapan dulu ya? Gue ga mau ngeliat elu capek nyari duit. Gue mau elu duduk tenang dan nyaman di istana kita nanti, ngurus anak kita. Gue ga mau elu khawatir mikirin keuangan kita. Gue ga mau elu khawatir dengan pendidikan anak kita.
Tunggu gue mapan ya? Gue janji ga bakal lama. Selagi gue usahain janji gue, elu boleh kok ngebagi sementara cinta elu ke orang yang membutuhkannya. Selagi gue ngeusahain kebahagian keluarga kita ntar, gue ikhlas kok ngeliat elu bahagia sementara dengan yang lain.
Gue ga pengen elu ngerasa jenuh selagi nungguin janji kebahagian yang gue ikrar'in saat ini, hari ini, malam ini.
Tunggu gue yah? Tunggu engineer mesin ini. Gue janji ga bakal ngebagi hati ini ke siapapun meski secuil. Tapi elu jangan. Biarlah elu bahagia sementara ini dengan yang lain. Biarlah elu ngebagi hati li saat ini. Gue ikhlas. Tapi gue bakal tunaiin janji ini.  Ntar gue bakalan datang ke elu dengan kebahagian ke depan yang gue janjiin.
Tunggu setahun lagi calon engineer mesin ini ngelarin kuliahnya.
Tunggu gue kumpulin sepatah demi sepatah rangkaian puzzle kebahagian yang gue janji in sama lu malem ini. Tenang aja, ga ada seorangpun yang bakal ngerusak janji gue ke elu ini. Gue cuma minta elu nunggu. Tapi tunggulah janji ini dengan sementara elu bagi hati elu yang nantinya bakal utuh milik gue je orang lain.
Tunggu gue, please ^_^

Palembang, 15 September 2015
Ttd,
Calon engineer mesin.

Kamis, 10 September 2015

What a ...

Standard

Kamis, 10 September 2015
Seinget gue itu sekitar jam 3an sore. Udah setengah jam gue ngejogrog di tempat biasa. Jam pertama sampe waktu break gue abisin di lab mekanik. Ga penting buat gue jabarin belajar apa, tetek bengek segala macemnya.
Saat itu pas momen sate bakar pedes gila 2 tusuk lenyap tersantap dengan khilaf. Ditambah seporsi mie ayam.
Gue ga tau salah apa hari ini, kelar semua kekhilafan gue tadi, saat asyik nyampah bareng temen gue, ngebanyol hal yang ga jelas bareng anak semester 3, ngakalin maba, seppppp dari jauh keliatan rombongan pake kemeja putih berdasi dan celana bahan warna item. Ciri khas maba jurusan non rekayasa. Njingjing, gue liat tuh orang. Seseorang lebih tepatnya. Dia yang udah ngehancurin perasaan yang udah cukup sabar gue pupuk. Dia yang datang dengan polosnya. Dia yang datang karena undangan gue sebagai calon kakak tingkat yang baik. Gue yang berusaha berbaik hati dengan keluarganya yang udah anggep gue bagian dari keluarganya. Jadilah gue sodara yang berbaik hati. Dengan senang hati menunjukkan kebahagian yang udah gue dapetin.
Beginning-nya sih lancar aja kek jalan tol. Sebagai sodara yang berbaik hati menjalankan peran sodara. Ha cukup waktu peran itu gue maenin. Awalnya bahkan sampe akhir ga ada kalimat capek berbaik hati yang kepikiran di gue. Sumpah, sampe sekarang hal itu ga sampe kepikiran.
Dua bulan dari sana, mulailah setitik demi setitik kebahagian gue senyap. Lebih tepatnya sih lenyap. Ibarat orang mati dibunuh, serasanya sih dibunuh pake benda tumpul. Sakit banget dulu yang gue rasain, menderita dulu sebelum mati. Kalo pake sajam kan enak, ditusuk, darah nyerocos, jleb mati. Sakitnya sekali rasa.
Dua tahun gue njir ilang. Mati. Lenyap ditelan keberanian waktu yang ia buat berbicara. Dua tahun gue mendadak berisi kebahagian gue yang amat gue syukuri berubah menjadi kepahitan yang menyiksa. Nyesek banget.
Dua tahun gue demi yang gue perjuangin hilang oleh dua bulan keberanian waktu mengungkapkan lebih dulu. Hilang sudah wacana-wacana,rencana indah yang udah gue susun jauh hari. Kesiapan mental gue buat sedikit berantem sama sohib gue, kesiapan ngebuang rasa malu gue. Semua sirna sudah. Oleh sodara yang dengan berbaik hati gue kenalkan ke ruang lingkup kebahagian gue.
Ah njir, masalah waktu no one knows. But you have a changes.
Disana yang sampe sekarang gue
seselin. Dua tahun gue, dua tahun perjuangan gue. Dua tahun isi senyum, cemberut, ngakak, nangis, heboh, ramenya kebahagian gue, kandas sudah dalam dua bulan.
Dan hari ini, gue ketemu dengan the 'crusher' moment. Perusak kebahagian gue. Bahasa simpelnya, bedebah penyesak hati gue.
Gue sih cuma bisa buat pm 'f*ckingB*tch' liat sodara yang berbaik hati.

Jumat, 24 April 2015

Sudah Terlalu Lama Aku Asyik Sendiri #NotSongsTitle

Standard
Palembang, 24 April 2015
Jam di hape gue sih udah nunjukin angka 17.24

Selamat sore kalian semua para sampah ga jelas. Saat ini pelajaran elemen mesin, sang dosen ialah sekjur Mesin. Temen-temen gue pada maju ke audepan buat konsultasi tugas sang bapak buat di acc dan tampil di minggu depannya buat ambil nilai mid. Gue di sini sendirian duduk ngadep notebook tercinta sambil ngetik baitan kalimat ga jelas ini. Yang lain sibuk ngurusin noh tugas. Gue sendiri engga. Eh berdua sama temen gue si Dul.
Kalian jangan heran, itu bukan berarti kita udah ngehadep tuh bapak buat konsultasi dan udah dapet acc-nya. Bukan,  bukan itu ! Kita berdua ga maju karena kita belum buat sama sekali. Serius!
Gue bingung sama pelajaran ini, padahal soalnya ini rada-rada mirip soal fisika jaman gue SMA dulu. Ga dulu-dulu amat sih, toh gue baru tamat +/- 2 tahun yang lalu. Tapi gatau kenapa gue bisa ngebleng dan ga paham nih mata kuliah.
Si Dul temen gue mungkin bisa sedikit beralasan.  Dia kemaren STM, dianya ga belajar Fisika. Meskipun ada pelajarannya, gurunya yang ga dateng. Kasian amat yah dia? Itu emang sekolahnya atau emang kehidupan siswa di STM emang gitu? Gatau juga gue. Ohya gue juga lagi asyik browsing cari referensi buat materi stand up comedy gue. Gue hari Minggu besok ikutan di lomba SUC yang diadain oleh UKM Seni sebuah kampus swasta di Palembang ini. Kata panitianya sih temanya tentang gaya hidup. Gue pikir [sih agak gampangan. Gataunya dipikir-pikir agak puyeng dikit palak nyari bahannya. Submaterinya sih udah kepikir, kek banyakan orang sekarang yang make akik. Mulai dari jabang bayi yang baru lahir ampe kakek-kakek yang udah di ujung nafas pun pada make dan ngoleksi akik. Terus ada juga kebiasaan pacaran anak jaman sekarang. Cara mereka pacaran yang menurut gue lebay banget, dan masih banyak yang lainnya lah. Tapi kemungkinan besanya tetep gue bakal bawain materi yang ngejurus bahas job gue sekarang as mahasiswa Teknik Mesin.
Yah gue pikir itu paling realistis buat gue. Masalah lucu atau kaga, sukses atau kaga, bisa kita liat di ending acaranya.
Yang ngerasa tinggal di tanah pempek kapal selem ini, yang mau datang dan liat sampah keren kek gue ini perform SUC, please join me at Parking Lot DPRD Sumsel, Minggu besok 26 April 2015.
Kata panitianya sih HTM-nya 15k. Karena ini acara kek pensi jaman gue SMA dulu. Ada perform band indie, dj, dan banyak cabang lomba laen selain SUC. Gue rasa sekian, see di next postingan sampahan gue yah? Tetep kangen sama gue dan tetap cintai gue sepenuh hati kalian.
Baiii n lopiu...

Febbi Ramandha

Senin, 13 April 2015

Report ga Jelas

Standard
Palembang, 13 April 2015

Gue sendiri di kantin pakde Ojolali. Sebenernya ga sendirian sih. Nih kantin hampir ga pernah sepi. Kanan gue ada adek tingkat yang ngumpul cerita heboh sana-sini. Belakang gue ada cewek-cewek cakep dari jurusan Mangemen Informatika. Depan gue ada 2 cewek yang entah dari jurusan mana dan semester berapa. Kiri gue juga banyak makhluk yang hampir serupa dengan gue. Memiliki mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan pastinya mereka bernafas. Persis kek gue.
Di postingan ini gue gatau mau bahas apa. Gue ngetik sekarang ga jelas. Tapi seenggaknya gue udah rajin mosting sampah lagi di blog sampah ini. Ohya nih di tengah kesibukan gue ngetik untaian kalimat sampah yang bakalan menjadi untaian paragraf ga jelas ini, adek tingkat sebelah gue heboh banget cerita masalah akik. Gue ga ngerti sih masalah akik. Tapi kayanya mereka seru amat ngomongnya ampe urat leher rasanya pengen putus. Mungkin kalo gue ngerti akik, gue mungkin paham apa yang mereka omongin ini. Ya berhubung gue ga ngerti, gue cukup denger aja dan akhirnya gue ceritain ke kalian saat ini.
Oh ya tadi gue untuk pertama kalinya ngeliput acara LKMMN (Latihan Kepimpinan Manegemen Mahasiswa Nasional). Sebuah acara berskala nasional yang rutin tiap tahun diadain BEM kampus gue. Gue ngeliput perdana sebagai jurnalis muda salah satu koran lokal di kota gue ini.  Rada susah sih. Khususnya pas wawancara ketupelnya yang sekaligus wapresma BEM kampus gue. Dibuat susah aja oleh panitianya.
Ga ada istimewanya sih. Flat, udah gitu aja.
Gue udah gatau mau cerita apa lagi. Di sebelah gue sekarang banya temen gue dari prodi produksi yang baru keluar istirahat.
Udah ya, sekian postingan ga jelas dari gue ini.
Bai.